Bagian kedua, pendidikan kemanusian, dalam bagian kedua ini dijabarkan ilmu dalam gagasan Kiai ahmad Dahlan. Inti ilmu ini adalah inti ajaran Islam, dengan satu asas kebenaran yang memandang semua manusia berkedudukan sama.
Dari kerja Kiai Dahlan, tumbuh suatu sistem nilai dan tradisi pendidikan dalam pengertian yang luas. Dari sini muncul kesadaran, bahwa setiap orang wajib menyebarkan ilmu sekaligus ajaran Islam ke semua orang di semua tempat, menjadi guru sekalius murid, belajar dan juga mengajar untuk sebuah kebaikan hidup bagi seluruh umat manusia. Sekolah, madrasah, dan pesantren adalah instrumen dan media promosi kebaikan hidup, penyumpurnaan budi dan akal yang terus disempurnakan sesuai zaman dan perkembangan ilimu.
Muhammadiyah dikenal luas karena keberhasilan menhelola pendidikan yang dimulai sejak gerakan ini didirikan oleh Kiai Ahmad Dahlan tahun 1912. Banyak pendidikan Muhammadiyah merupakan unggulan di mata masyrakat.
Mengadopsi sistem pendidikan merupakan langkah pemikiran K.H Ahmad Dahlan. Dia tertarik dengan sistem yang diterapkan dalam sekolah kolonial, sehingga membuat ia berpikir mengadopsi dengan pendidikan pesantren.[1]
Sampai hari ini pun sekolah baik Sekolah Dasar, Sekolah Menegah Pertama, Skolah Menengah Atas, dan Pesantren serta Perguruan Tinggi yang di bawah naungan Muhammadiyah yang terus berkembang yang tak terlepas dari nuansa ke Islaman.
Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan mengenai pendidikan dalam Muhammadiyah yaitu penggabungan disiplin ilmu umum dan agama menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya.[2]
Sekolah-sekolah Muhammadiyah yang berjumlah puluhan, ratusan bahkan ribuan, yang mana sekolah-sekolah tersebut merupakan hasil dari pemikiran K.H Ahmad Dahlan. Lebih tepatnya bukan pada sekolahnya, namun pada pemikiran luar biasa beliau terutama dalam bidang Pendidikan Islam.[3]
Dalam kaidah perguruan, dinyatakan tujuan pendidikan Muhammadiyah ialah: “Terwujudnya manusia muslim yang bertakwa, berakhlak mulia, cakap dan percaya kepada diri sendiri, cinta tanah air dan berguna bagi masyarakat dan negara, beramal menuju terwujudnya masyarakat utama adil dan makmur yang diridhoi Allah subahanu wataala.”
Hal tersebut bisa dilihat dari penerapan konsep pendidikan Muhammadiyah. Contohnya di SMP Muhamamdiyah 6 Yogyakarta, bahwa tujuan pendidikan dalam Muhamamdiyah yaitu pendidikan untuk menegakkan ajaran Islam. Sehingga peserta didik di lingkungan sekolah yang ia pimpin, diarahkan untuk menegakkan ajaran Islam. Adapun beberapa hal yang telah dilakukan di SMP Muhammadiyah 6 Yogyakarta denga membuat lingkungan islami dimulai dari diwajibkannya memakai peci bagi laki-laki dan ciput serta kaos kaki panjang bagi perempuan saat hari-hari sekolah.[4]
Tak hanya di bidang pendidikan, gerakan Muhammadiyah ini di kumudian hari lebih mengidentifikasi diri sebagai gerakan puritan yang antara lain gencar memberantas takhayu, bid’ah dan k(c)hufarat (TBC). Program spiritualisasi syariah, lebih sesuai peran hati suci sebagai pondasi keselahan spiritual dan revatalisme puralistik Kiai Ahmad Dahlan sebagai dasar terbuka, kritis dan kreatif dalam mencari kebenaran.
Pandangan itulah yang kemudian dikenal dalam gagasan Islam inklusif, seperti penolakan Kiai Ahamd Dahlan terhadap fanatisme keagamaan sebagai dasar pencariaan kebenaran. Baginya, tradisi TBC adalah karena kebodohan yang kuncinya ialah pendidikan bagi penyempurnaan akal kritis dan bebas-kreatif.
Melalui berbagai program pendidikan dalam artinya yang luas, telah berkembang tradisi baru Islam yang hampir seluruhnya bersumber dari gagasan dasar Muhammadiyah. Penyelenggraan ibdah Haji, manajemen khutbah dan masjid, shalat hari raya, hingga majemen fitrah dan kurban, serta model pengajian, semula merupakan kegiatan yang dipelopori gerakan ini.
[1] Siti Arofah, dan Maarif Jamu’in, Gagasan Dasar Dan Pemikiran Pendidikan Islam K.H Ahmad Dahlan, Tajdida, Vol. 13, No. 2, Desember 2015, hal 114-124
[2] Fandi Ahmad, Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan Tentang Pendidikan Dan Implementasinya Di Smp Muhammadiyah 6 Yogyakarta Tahun 2014/2015, Profetika, Jurnal Studi Islam, Vol. 16, No. 2, Desember 2015: 144-154
[3] Siti Arofah, dan Maarif Jamu’in, Gagasan Dasar Dan Pemikiran Pendidikan Islam K.H Ahmad Dahlan, Tajdida, Vol. 13, No. 2, Desember 2015, hal 114-124
[4] Fandi Ahmad, Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan Tentang Pendidikan Dan Implementasinya Di Smp Muhammadiyah 6 Yogyakarta Tahun 2014/2015, Profetika, Jurnal Studi Islam, Vol. 16, No. 2, Desember 2015: 144-154